1 Oktober 2024

Oleh: Akbar Zainudin

Jakarta — Pimpinan Pusat Ikatan Keluarga Pondok Modern Gontor (PP IKPM) secara resmi mengukuhkan dan melantik pengurus Forum Jiilut Tis’iinaat, forum gabungan alumni Gontor angkatan 90an yang terdiri dari 11 angkatan mulai dari angkatan 1990 sampai dengan angkatan 1999 akhir. Dengan demikian, secara resmi Forum Jiilut Tis’iinaat dikukuhkan sebagai organisasi di bawah PP IKPM.

Akbar Zainudin, Alumni Gontor angkatan 1991, yang dilantik sebagai Presiden Forum Jiilut Tis’iinat dalam sambutannya mengatakan bahwa forum ini adalah untuk memaksimalkan potensi dan sumberdaya anggota secara maksimal.

“Forum ini juga didirikan sebagai sarana silaturrahim, networking, sharing, dan menyebarkan informasi dari Pondok Modern Gontor dan IKPM-IKPM,” ujarnya (7/3/2021).

Sebagai organisasi baru, menurut Akbar, program kerja yang dilakukan adalah menyusun AD/ART organisasi, membuat database anggota, dan berbagai program pemberdayaan untuk anggota.

Sementara itu, dalam sambutannya, Ketua Umum PP IKPM, Ustadz H. Ismail Abdullah Budi Prasetyo mengarahkan, Forum Jiilut Tis’iinaat ini lahir dari IKPM, semua anggotanya juga anggota IKPM, karena itulah AD/ART organisasi tidak boleh menyimpang dari AD/ART IKPM. Karena itulah, pengurus Forum Jiilut Tis’iinaat harus membaca AD/ART IKPM sebelum membentuk AD/ART organisasi.

Ustadz Ismail juga berpesan agar terjalin koordinasi dengan IKPM setempat, baik di dalam maupun luar negeri pada saat mengadakan acara. “Forum Jiilut Tis’iinaat harus mampu menguatkan organisasi induknya, yaitu IKPM,” jelasnya.

Acara lalu dilanjutkan dengan taujihat wal irsyadat dari Pimpinan Pondok Modern Gontor, KH Hasan Abdullah Sahal. Kiai Hasan mengibaratkan dirinya seperti seorang kakek yang sedang bercerita dengan cucunya. Kakek itu senang bercerita, tapi akan lebih senang lagi kalau yang diajak cerita itu mau mendengarkan, mengerti, mau mengerti, cocok dan bisa mengimbangi. Dan alumni Gontor generasi tahun 1990-an adalah orang yang bisa mengimbangi cerita kakek ini.

Gontor itu “tarbiyah lil-hayah”, pendidikan untuk kehidupan. Inilah saatnya, kata Kiai Hasan, anak-anak Gontor terus mengamalkan ajaran-ajaran Pondok di masyarakat. “Gontor telah memberikan anyaman, dan juga telah menganyam diri kalian. Gabungan dari anyaman Gontor dan anyaman diri kalian itulah yang mewujud dalam diri kalian sekarang ini,” ujarnya.

“Anyamlah diri kalian untuk menjadi orang-orang yang bermanfaat, bukan hanya untuk diri kalian, tetapi untuk masyarakat,” tambahnya.

Menurut Kiai Hasan, Gontor tidak hanya diajarkan “ta’limul muta’allim”, bagaimana seorang santri menghargai ilmu dan gurunya, tetapi juga “ta’limul mu’allim”, bagaimana alumni Gontor mampu mentransfer nilai-nilai Gontor kepada masyarakat. Yakni untuk menjadi “mundzirul qaum”, penyeru, pengingat kebaikan dari masyarakat.

“Ukurlah dirimu, sesuai kemampuanmu, sesuai kapasitasmu. ‘Halakam ru’un man lam yandzur wajhahu fil mir’ah, halakam ru’un man lam ya’rif qadrahu’. Celakalah orang-orang yang tidak tahu kapasitas dirinya sendiri,” jelas Kiai Hasan.

Menurut Kiai Hasan, alumni Gontor harus menjadi dirinya sendiri, dan percaya dengan kemampuanmu. “Jangan jadi orang yang rendah diri, dan jangan pula jadi orang yang GR (Gede Rumongso). Kalau kamu jadi orang yang GR (Gede Rumongso), maka kamu akan menjadi RG (Rai Gedek),” jelasnya.

Acara dilanjutkan dengan doa dan ramah tamah antara Kiai Hasan dengan hadirin dari berbagai angkatan. Kebetulan, anak beliau, almarhum K.H. Haikal Januarsyah, adalah anggota dari Forum Jiilut Tis’iinaat, karena lulus pada tahun 1998.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *