1 Oktober 2024

Oleh: Akbar Zainudin
(Penulis Buku Man Jadda Wajada)

Tahun ini, tahun yang bersejarah bagi keluarga besar Pondok Modern Gontor, Calon Pelajar, Santri dan Walisantri secara keseluruhan. Pandemi CoVid-19 memaksa Pondok melakukan kebijakan yang unik. Pondok dibuka kembali tetapi santri dan calon pelajar tidak boleh diantar oleh Walisantri. Mereka harus ke Gontor diantar oleh Ikatan Keluarga Pondok Modern Gontor (IKPM) Cabang di daerah masing-masing.

Bagi santri, kebijakan ini mungkin tidak terlalu mengagetkan, karena mereka sudah terbiasa mandiri di Pondok. Namun kebijakan ini menjadi luar biasa bagi CALON PELAJAR, yang di Gontor biasa disebut capel. Bayangkan, belum jadi santri sudah dipaksa untuk mandiri.

Kebijakan itu ternyata tidak menyurutkan niat para calon santri dan santriwati Gontor. Tercatat, Capel Gontor tahun ini yang mendaftar secara ONLINE di seluruh Pondok Modern Gontor berjumlah 8.075 orang.

Kebijakan ini juga menggerakkan anggota IKPM di seluruh Indonesia. Total hingga 22 Juni 2020, sebanyak 87 rombongan IKPM dan Bimago dari seluruh Indonesia telah datang dengan menggunakan armada Big Bus 92, Mini bus 4, Mobil Elf 10, dan sejumlah mobil pribadi. Jumlah pembimbing dari IKPM seluruh Indonesia adalah 418 orang.

Sistem di Gontor ini sudah mapan, dan terbiasa menghadapi perubahan. Ketika Pandemi CoVid-19, dengan cepat Gontor bisa menyesuaikan.

Beberapa perubahan untuk penerimaan calon pelajar, di antaranya adalah:

1. Sistem pendaftaran online yang efisien. Para pelajar tidak lagi perlu membawa dokumen yang banyak untuk pendaftaran, mereka cukup membawa hasil pendaftaran secara online.

2. Calon Walisantri datang tidak didampingi orang tua, melainkan melalui IKPM setempat.

Saya melihat dampak positif yang luar biasa dari kebijakan ini.

Pertama, Menggerakkan IKPM seluruh Indonesia secara bersamaan. Suatu pergerakan yang luar biasa.

Kedua, membuat kondisi di Gontor 2, tempat santri belajar menjadi kondusif. Demikian juga di Gontor Putri.

Para capel tidak lagi disibukkan untuk bertemu dengan orang tua yang seringkali terlalu mengkhawatirkan mereka. Para capel ini fokus untuk belajar.

Ketiga, para capel menjadi mandiri. Mereka melakukan semuanya sendiri. Memang ada beberapa orang yang terlihat menangis. Wajar, karena butuh penyesuaian. Namun melihat teman-temannya yang sudah bergembira, akhirnya setelah beberapa saat, merekapun berhenti menangis dan lalu siap belajar lagi.

Mudah-mudahan para capel ini lulus, bisa menjadi santri dan santriwati Gontor.

Salam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *