Air Mata Perjuangan

Oleh: Munif Farid Attamimi
G-2000

Perjuangan pasti memerlukan pengorbanan…
Perjuangan anak anak kita calon pelajar Pondok Gontor kali ini memang sangat berbeda, di tengah-tengah kondisi Covid 19, kita harus melepas para mujahid kita, untuk menuntut ilmu di Gontor.

Tampak mayoritas wali santri tegar dalam melepas anaknya, walau hatinya menangis karena tidak bisa mengantar anaknya, namun mereka tampak tenang saat melepas putra putrinya, dengan penuh keikhlasan saat menyerahkan kepada kami, para pengurus SIGOR (Simulasi Gontor) IKPM Surabaya.

Kecupan kasih sayang papa dan mama yang tiada henti, seakan menjadi setruman dahsyat kepada putra-putrinya, bak raja dan ratu, yang hendak melepas sang putra mahkota yang hendak berjuang di medan perang.

Masjid Al-Ikhlas Tanjung Perak Surabaya seakan menjadi saksi kebersamaan ini, di tengah keharuan wali dan capel, tampak dari kejauhan, tangisan salah seorang capel di Mido’ah (tempat wudhu), lalu kami dekati sembari mengelus pundak dan kepalanya kami nasehati: “Sudah Nak, jangan nangis ya. Bapakmu di mana?” Sambil menangis tersedu-sedu, anak tersebut menempelkan kepalanya ke kami, lalu berkata: “Ayah sudah gak ada…”

Spontan kelopak mata ini tak mampu membendung tetesan air mata. Sambil ngelus kepalanya, kami motivasi untuk tetap tegar dan semangat, karena hanya dia di antara sekian banyak capel yang tidak di antar oleh ayahnya, “Ya udah masuk ke bis ya Nak, nanti tak antar sampai Gontor.”

Air mata perjuangan ini, tak ingin ambyar begitu saja, di tengah-tengah kesyahduan wali dan capel, dengan sigap para asatidz SIGOR IKPM Surabaya yang menjadi wali seluruh capel, segera mengumpulkan semuanya dan memberikan motivasi untuk seluruh wali dan capel, sehingga semuanya tenang saat melepas anaknya menuju Kampung Damai.