24 November 2024

PPIKPM.GONTOR.AC.ID, KAIRO — IKPM Gontor Cabang Kairo merevitalisasi kegiatan keilmuan dengan mengadakan diskusi ilmiah pada Sabtu (9/2) bersama Dr. Syamsuddin Arif, M.A, Peneliti Senior INSIST (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization) dan Dosen UNIDA (Universitas Darussalam Gontor). Materi yang disampaikan Dr. Syamsuddin adalah tentang perkembangan dan tantangan pemikiran-pemikiran Islam masa kini. Ia mengajak para alumni Gontor di Kairo untuk melek dan menganalisa lebih luas terhadap tantangan zaman di kalangan umat Islam, khususnya di Indonesia.

Alumnus Gontor 1989 itu memaparkan bahwa sejak abad ke-16 banyak dari umat Islam yang mengalami penganiayaan, pembantaian, penindasan dan serangan fisik oleh orang-orang Barat. Pada masa itu pula, Bangsa Barat dapat menguasai berbagai wilayah Islam khususnya di Timur Tengah. Adapun permasalahan umat Islam masa kini, di antaranya adalah eksploitasi yang dilakukan oleh bangsa Barat, proselitasi (permurtadan) dan sekularisasi.

“Umat Islam terpecah-belah oleh nasionalisme. Banyak umat Islam yang merasa rendah diri, minder, ga pede lah istilahnya. Umat Islam besar secara kuantitas namun berkurang secara kualitas,” tuturnya di awal paparan.

Pemikiran, menurutnya, merupakan anugerah dari Sang Maha Pencipta, selalu hidup dan akan tetap hidup bahkan selalu berkembang. Seiring dengan perkembangan zaman, berkembang pula pemikiran suatu bangsa.

“Berbagai ideologi-ideologi keliru yang bercokol di dalam akar pemikiran umat Islam; dualisme, pluralisme, juga de-islamisasi yang mencabang daripadanya; sekularisasi, orientalisme (Islam dalam vista-aspek Barat) dan liberalisasi yang berujung kepada kekufuran Umat Islam,” jelas Dr. Syamsuddin.

Di antara bukti yang paling jelas dan paling sederhana adalah dualisme. Menurut Abu al-‘Ala al-Mawdudi, dualisme memecahkan umat Islam menjadi dua kubu latar pendidikan yang berbeda; Graduates of Madrashas (pesantren, sekolah Islam, dll) dan Graduates of Colonial School (kampus umum) itulah mengapa banyak dari umat muslim yang lebih bangga dengan kampus-kampus internasional di Barat, lebih senang dengan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan science, medicine dan technology.

Tidak hanya itu, Dr. Syamsuddin juga membuktikan bahwa cendikiawan Barat tak mau kalah dalam memainkan perannya dalam meneliti hal ini. Terbukti, salah satu dosen di Universitas Edinburg, W.M Watt yang ikut mengemukakan pendapatnya tentang pengaruh dualisme terhadap umat Islam masa kini.

“Sudah merupakan kewajiban kita untuk bersama-sama memikul tanggung jawab ini. Bukan berarti mereka yang melenceng terlepas dari tanggung jawab kita. Man lam yahtam bi amri al-ummati fa laisa minhum (barang siapa yang tidak memperhatikan permasalahan-permasalahan umat, maka ia bukanlah bagian darinya). Dengan menguasai taktik lawan, memahami peradaban Barat dan menguasai khazanah Islam, in syaa Allah kita bisa melawan kembali musuh-musuh Islam,” jelasnya.

Terakhir, Dr. Syamsuddin menutup dengan menganjurkan para diskusan untuk memiliki majalah ISLAMIA, majalah ilmiah yang diterbitkan INSIST untuk membendung arus liberalisme.

Sumber: www.ikpmkairo.com
Red: Mujib Abdurrahman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *