1 Oktober 2024

Bogor — IKPM Gontor Cabang Bogor mengadakan sharing session bersama Komandan Korps Taruna 2020-2021, Alumni Gontor 2014, Raden Dzaky Diaz Wicaksono dengan tema “Sekali Layar Terkembang Pantang Surut untuk Kembali”, Sabtu (16/1/2021).

Tercatat, 234 peserta mengikuti webinar ini via whatsapp grup dari berbagai daerah di Indonesia, Jawa dan luar Jawa, bahkan luar negeri karena acara memang terbuka untuk umum.

Sebelum acara sharing, Ketua IKPM Bogor, Ustadz Asep Rogia, mengucapkan terima kasih kepada Raden Dzaky yang telah berkenan meluangkan waktunya menjadi narasumber.

Setelah dibuka oleh moderator, Raden Dzaky mulai menceritakan perjalanan studinya dari mulai di Gontor hingga menjadi taruna seperti sekarang ini.

“Singkat cerita, berbagai macam cobaan yang saya rasakan dan alami sangatlah banyak. Pada akhirnya kegagalan menimpa saya pada tahun 2008-2009. Saya dinyatakan gagal tidak naik kelas di kelas 2 KMI. Di sanalah saya merasa jika kita gagal tidak akan ada yang membantu kita kecuali hubungan baik kita dengan Allah,” tuturnya.

“Setelah lulus dari Gontor, akhirnya dengan dorongan orang tua, saya masuk dunia pelayaran di PBA (Politeknik Bumi Akpelni),” lanjutnya.

“Masuk 2016, pada pendidikan awal tiga bulan, saya alhamdulillah dilantik menjadi Bintang Binafital (Taruna Terbaik) dengan beberapa pertimbangan oleh pimpinan kampus,” ungkapnya.

“Dan mulailah saya ikut organisasi sebagai polisi taruna junior sekaligus mendapatkan amanah sebagai senior favorit di angkatan 53, berkat dukungan sahabat saya angkatan 52. Lanjut lagi menjadi wadanpoltar (wakil komandan) dan hingga akhirnya bisa menjadi komandan korps taruna sampai detik ini atas izin Allah,” ujarnya.

Dalam kisahnya tersebut, Raden Dzaky menekankan pentingnya ridha orang tua dan guru.

“Berkat kegigihan, pantang menyerah dan pasti yang paling utama ridha Allah dan ridha orang tua. Ridha orang tua sangat lah penting dan yang kedua adalah ridha kiai,” ujarnya.

Ia juga berpesan untuk terus berusaha meskipun kegagalan kerap terjadi.

“Dari sini kita belajar, bahwa gagal bukan berarti akhir dari sebuah rancangan dan pupusnya mimpi dan harapan. Bahkan bisa jadi kegagalan itulah sumber cahaya kesuksesan kita. Karena dari gagal kita belajar pasrah dengan Allah, belajar untuk bangkit dan memulai kembali dengan maksimal,” ungkapnya.

Terakhir, taruna yang rajin mengkhatamakan al-Qur’an, bershalawat dan puasa Dawud ini berpesan, “Kita selalu mengejar surga yang jauh namun kita lupa surga yang dekat, surga yang ada di rumah yaitu ibu kita. Jangan pernah menduakan orang tua karena orang tua adalah kunci sukses sebenarnya.”

Dalam penutupan webinar, Ustadz Asep Rogia, berpesan kepada para peserta untuk terus bergerak dengan energi positif, ilmu dn keikhlasan.

“Hidup tanpa menghidupkan adalah kematian, bergerak tanpa menggerakkan adalah kesia-siaan, berjuang tanpa memperjuangkan adalah egoisme. Baik tanpa berbuat kebaikan adalah kehampaan, pintar tanpa mengamalkan adalah kebodohan,” tuturnya.

“Mata yang indah adalah mata yang selalu melihat kebaikan orang lain. Mulut yang indah adalah mulut yang selalu belajar berkata dengan baik. Hati yang indah adalah hati yang selalu berprasangka baik terhadap orang lain,” imbuhnya.

“Sebaik-baik ilmu adalah yang bisa memperbaiki diri kita. Sebaik-baik amal adalah yang disertai keikhlasan,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *