21 November 2024

Catatan oleh: M. Taufiq Affandi

Tak ada perjuangan yang mulus. Tak ada ada perjuangan yang bertabur bunga. Perjuangan adalah tentang jatuh, bangun, jatuh, dan bangun lagi. Perjuangan adalah tentang bertahan di hari-hari terik dan berhati-hati di hari-hari penuh madu.

Begitu pula perjuangan dalam menegakkan kalimat Allah di bumi yang penuh rahmat ini. Allah berjanji akan menolong hambaNya yang menolongNya, namun tentunya pertolongan itu tidak datang dengan serta merta. Bahkan di penghujung surat Yusuf, Allah menjelaskan bagaimana terkadang pertolongan datang saat kita hampir mencapai titik putus asa.

Demikian pula yang dirasakan beberapa alumni Gontor para pejuang pendidikan yang saat ini sedang merintis untuk kembali membangkitkan sebuah pesantren yang sempat menjadi mercusuar bagi pondok pesantren alumni Gontor di Jawa Tengah: Pondok Pesantren Gading Kroya.

Menjelang Isya’ ketika itu saat rombongan dari PP IKPM Gontor bersilaturahmi ke Pondok Gading. Kami melangkah masuk ke sebuah masjid yang kurang lebih seukuran masjid pusaka Gontor. Ada aura sejarah di situ, ada aura optimisme di situ. Tipis-tipis memang terasa sisa-sisa jelaga atas jatuhnya Pondok Gading di masa lalu; namun itu segera sirna saat santri-santri berwajah malaikat berkeliling dengan tulusnya membagikan air untuk para hadirin.

PP IKPM Gontor yang saat itu ditemani oleh rombongan dari IKPM Banyumas disambut oleh pengurus IKPM Cilacap, pengurus Yayasan Gading Kroya dan Pengasuh Pondok Gading Kroya: Ustadz Imam Nasirin yang sering disebut oleh Ustadz Jabal Alamsyah sebagai salah satu asal sanad faraidh beliau.

Tidak tanggung-tanggung, ada 5 orang dari rombongan PP IKPM; Al-Ustadz M. Badrun Syahir, Sekretaris I PP IKPM yang pada periode sebelumnya sempat diamanahi sebagai Ketua I PP IKPM, Ustadz Refi, Ustadz Alif, Ustadz Abdul Rahman, serta tentunya saya sendiri yang diberi amanah di divisi informasi dan publikasi PP IKPM.

Dari IKPM Cilacap pun hampir seluruh pengurus turut hadir di acara tersebut. IKPM Cilacap dipimpin oleh Al-Ustadz Abdul Fattah, yang sekaligus sebagai Pimpinan Pondok Gading Kroya. Beliau sejatinya lahir di bumi Gontor. Kediaman Ustadz Abdul Fattah cukup dekat dengan Pondok Gading. Rombongan PP IKPM sempat diberi kehormatan untuk mampir ke rumah beliau dan menikmati makan malam yang hingga catatan ini saya tulis masih terbayang linangan kelezatannya; nasi pecel dengan udang goreng renyah yang benar-benar resep asli Ponorogo.

Ustadz M. Badrun memberikan cinderamata kepada Ustadz Abdul Fattah. Ustadz Imam Nashirin berdiri sebelah kiri Ustadz Abdul Fattah.

Adapun dari IKPM Banyumas, jangan ditanya lagi; Ketua yang baru dilantik pagi harinya, Ustadz Amir Ma’ruf, Sekretaris I, Ustadz Alex Nanang yang intens berkomunikasi dengan PP IKPM sejak jauh hari, dan banyak lagi nama dari IKPM Banyumas, yang jika saya tulis semua di catatan ini mungkin orang akan mengira saya sedang menulis sebuah absen.

Kenapa begitu banyak dari IKPM Banyumas yang hadir? Ada tali tarikh antara pondok tersebut dan IKPM Banyumas. Saat pertama kali berdiri, Pondok Gading adalah hasil inisiatif IKPM Banyumas yang ingin mendirikan lembaga pendidikan bagi masyarakat Jawa Tengah dan bahkan Indonesia.

Dengan semangat keikhlasan, pondok tersebut terus berkembang hingga bahkan memiliki hingga 300 santri. Informasi lain bahkan menyebutkan bahwa pondok tersebut sempat memiliki hingga 600 dan bahkan ribuan santri. Terlepas dari berapa sebenarnya santri yang datang ke Pondok tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa nama Pondok Gading saat itu begitu harum.

Namun badai tidak dapat ditolak, kerikil mencadas menjadi batu. Pondok Gading lalu pupus dalam waktu singkat. Hingga pada satu titik… ia mati suri.

Dan kini, sebuah tekad membaja sedang ditempa untuk mewujudkan sebuah cita: membangkitkan kembali Pondok Gading sebagai tempat penggemblengan kader ummat.

Ustadz H. M. Badrun Syahir, MA yang memimpin rombongan PP IKPM memberikan tausiyah dan motivasinya kepada segenap alumni yang hadir pada acara yang khidmat, sederhana, dan bersejarah itu.

Dan bahkan sekedar gesture untuk berfoto bersama 10 santri pertama Pondok Gading baru ini mungkin lebih dari cukup untuk mengungkapkan rasa haru dan untaian doa untuk perjalanan pondok itu ke depan.

Kini, Pondok Gading Kroya telah berdiri lagi, dengan segala perjuangannya, dengan segala peluh dan kerikil yang akan ia hadapi. Namun kini ia lebih kuat dari sebelumnya. Ia telah belajar dari badai sebelumnya. Badai di masa lalu tidak berhasil mencerabut Pondok itu hingga akarnya, kini Pondok Gading akan tumbuh lebih kokoh dan kuat; dengan pertolongan Allah SWT, biidznillah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *